Gagal – Gagal – Sukses
Sekitar 4 tahun yang lalu, saat menyeberangi sungai Barito dengan kapal motor, saya bertemu dengan bocah SMP di kampung Lahei, Kalimantan.
Pertemuan singkat, hanya sekitar 10 menit. Tapi pertemuan itu cukup mengesankan, dia bilang pengen merantau ke Jawa dan sekolah tinggi.
Saya ingat sekali, waktu itu saya sangat terharu. Berkali-kali jalan keliling kampung disana, baru pertama kali ketemu anak-anak yang punya cita-cita kuat sekali. Cita-cita yang persis sama, saat saya masih bocah dulu.
Beberapa tahun setelah itu, sekitar tahun 2014, dia menghubungi saya via facebook.
Saat itu dia bilang pengen jadi artis dan merantau ke Jakarta. Mimpi yang sangat mulia dari hati yang paling dalam.
Tapi, hidup memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Tahun 2016, dia lulus SMA dengan predikat terbaik di sekolahnya. Beberapa kali kami berdiskusi mencari jalan, agar dia bisa ikut tes Ujian Masuk UGM. Tapi karena keterbatasan biaya dan jarak yang begitu jauh dari kampungnya ke lokasi tes UM UGM, itu tidak memungkinkan.
Saya menyarankan alternatif lain, ikut SNMPTN undangan lewat jalur bidik misi. Tapi masalahnya, semua guru di kampung itu bingung gimana caranya mendaftarkan siswanya. Dia tidak beruntung dibesarkan di kampung terpelosok yang jauh dari akses informasi. Hingga hari terakhir, sekolah tidak pernah mendaftarkannya, sehingga dia harus ikut SNMPTN secara manual. Berangkat ratusan kilo ke Banjarmasin.
Masalah yang lain, dia harus terus membantu orang tuanya menyadap karet di tengah persiapan SNMPTN. Itu satu-satunya jalan, agar dia punya biaya cukup untuk ke Banjarmasin.
Dan Allah berkata lain, dia tidak lulus SNMPTN.
Saya bisa merasakan sekali kekecewaannya waktu itu.
Tapi Allah tampaknya menunjukkan jalan lain, disaat teman sebayanya memutuskan putus sekolah, dia tetap bersikukuh pengen kuliah dan akhirnya diterima di STIE Muara Teweh.
Kemaren dia berkabar:
“Kak, ulun (saya) dapat beasiswa bidik misi dan kuliah gratis, serta akan ikut exchange program di Malaysia pada semester 5. Sekarang ulun kerja sambil kuliah. Kerja bersihkan kampus dan jaga pos, tidak ada gaji tapi ulun makan ditanggung”
Saya hanya bisa mengucap syukur. Dibalik semua perjuangan yang saya lewati untuk sekolah, ada banyak orang lain yang melewati perjuangan yang jauh lebih sulit.
Kaya memang tidak menjamin kesuksesan. Tapi kemiskinan dan ketertinggalan adalah awal dari semua kegagalan. Banyak orang kaya yang gagal. Tapi jumlah orang yang tidak berpunya yang harus pasrah menerima keadaan, jumlah nya jauh lebih banyak berkali-kali lipat.
Selalu bersyukur dan bersemangat Fadli Herija, hari esok masih panjang. Tunjukkan pada semua orang, tidak ada yang bisa mengalahkan semangat dan kerja keras. Lewati semuanya, raih kesuksesan itu, tegakkan kepala dan setelah sukses nanti, kembali lagi ke kampung dan bangun kampung halaman.